4 Wilayah di Bantul, DIY Dapat Pengakuan dari UNESCO, Terdapat 12 Indikator Penting Penilaian

Senin 11-11-2024,19:47 WIB
Reporter : Penta Daniel Pratama
Editor : Syamsul Falaq

diswayjogja.com - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan sebanyak 12 desa di Indonesia mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai bagian dari komunitas masyarakat di dunia yang berkompeten dalam menghadapi bencana tsunami.

Komisi Oseanografi Antarpemerintah (IOC) UNESCO bakal menyerahkan sertifikat Tsunami Ready Community kepada 12 desa tersebut dalam sesi khusus Forum Second Global Tsunami Symposium di Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh pada 12 November 2024.

"Pengakuan ini adalah prestasi, karena menjadikan lebih banyak lagi desa di Indonesia sebagai bagian dari Tsunami Ready Community UNESCO, dalam agenda ini ada 12 desa," kata Ketua Kelompok Kerja Mitigasi Tsunami untuk Kawasan Samudra Hindia dan Pasifik BMKG, Suci Dewi Anugrah saat ditemui di Banda Aceh, Senin.

Suci menjelaskan bahwa desa-desa tersebut, di antaranya adalah Desa Pangastulan (Kabupaten Buleleng, Bali) yang menghadapi ancaman tsunami dari Laut Utara Bali, Desa Galala dan Desa Hative Kecil (Kota Ambon, Maluku) yang memiliki sejarah bencana tsunami pada 1950, serta Desa Sidaurip (Cilacap, Jawa Tengah) yang berada di zona megathrust selatan Jawa Tengah.

Selain itu, terdapat empat kalurahan di pesisir Kabupaten Bantul, DIY, yakni Kalurahan Tirtohargo, Parangtritis, Poncosari, dan Gadingsari.

BACA JUGA : Maskot Pilkada Kota Jogja Diminta Dicabut dari Peredaran Karena Dinilai Bias Gender

BACA JUGA : Tarif dan Lokasi Keberangkatan Bus Damri di Jogja, Cek Lengkapnya Jika Ingin Bepergian

Suci yang juga tim verifikator program mengatakan hal ini patut dianggap sebagai prestasi, karena untuk meraih status ini tidaklah mudah, setiap desa tersebut harus memenuhi 12 indikator dalam tiga komponen yang ditetapkan UNESCO, yakni asesmen (penilaian), preparedness (kesiapsiagaan), dan response (respons).

Indikator yang Penting

Adapun beberapa indikator penting, di antaranya adalah desa memiliki peta zona rawan tsunami, memiliki inventaris jumlah dan sebaran penduduk di zona bahaya, serta memiliki sarana informasi untuk evakuasi lengkap dengan rambu-rambunya.

Pendampingan yang diberikan secara intensif dari BMKG selaku verifikator bersama dengan para kepala daerah dan berbagai lembaga swasta berkontribusi besar dalam mengantarkan desa hingga bisa meraih prestasi ini.

Dengan tambahan 12 desa baru, maka saat ini total ada 22 desa di Indonesia telah memperoleh pengakuan dari UNESCO. Sebelumnya ada 10 desa Tsunami Ready Community.

Pengakuan dari UNESCO diharapkan dapat meningkatkan kesadaran dan kesiapan masyarakat Indonesia yang tinggal di pesisir dalam menghadapi ancaman tsunami, serta menjadi contoh kompeten bagi masyarakat di seluruh dunia dalam membangun sistem kesiapsiagaan bencana berbasis komunitas.

BACA JUGA : Jadwal KRL Jogja-Solo Terbaru dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo, Kamis 7 November 2024

BACA JUGA : 5 Tempat Jajan Cookies di Jogja, Premium dengan Varian Rasa yang Beragam

Komponen Penilaian dari UNESCO

Pencapaian desa-desa tersebut merupakan sebuah prestasi membanggakan. Suci Dewi Anugrah, Ketua Kelompok Kerja Mitigasi Tsunami untuk Kawasan Samudra Hindia dan Pasifik BMKG, menjelaskan jika terdapat 12 indikator dalam tiga komponen yang telah ditetapkan UNESCO.

Kategori :