Subiyanto mengutarakan rasa syukurnya dengan adanya pasar lelang cabai dan sayuran yang ada di Kabupaten Sleman.
“Jaminan pasarnya ada, seberapapun hasil panennya bisa disetorkan ke pasar lelang. Jadi petani fokus memproduksi,” terangnya.
Pasar lelang cabai dan sayuran sebagaimana diketahui dibentuk berdasarkan inisiasi dari Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman dan dikelola oleh Koperasi Perkumpulan Petani Hortikultura Puncak Merapi (PPHPM).
Adapun 14 titik kumpul lelang cabai dan sayuran ke berbagai Kabupaten Sleman yang berpusat di Purwobinangun, Pakem.
“Meskipun jauh dari rumah, tapi saya tetap setor di pusat karena juga membutuhkan konsultasi teknologi budidaya petanian,” ucap petani yang pernah mendapatkan mendapatkan perhargaan sebagai Top 3 petani yang akumulasi setorannya paling tinggi di PPHM.
Menurut Subiyanto, dengan tergabung dalam Koperasi PPHPM, selain memudahkan pemasaran hasil, kami juga belajar mengoptimalkan hasil dengan inovasi-inovasi teknologi pertanian yang semakin maju.
Misalnya saja saat mengeluhkan sulitnya pasokan air untuk budidaya timun, Suboyanto dibimbing dan difasilitasi untuk menerapkan teknologi irigasi tetes untuk budidaya hortikultura.
“Kami mengikuti pelatihan, mendapat bantuan mulsa serta diberi instalasi irigasi tetes dari Dinas Pertanian Sleman melalui PPHPM,” jelas Subiyanto.
BACA JUGA : Kelompok Jaga Warga Jadi Garda Terdepan Dalam Menjaga Ketertiban dan Keamanan Pilkada 2024
BACA JUGA : KPU Jogja Siapkan 3 Sesi Debat Bagi Peserta Pilkada, Bahas Isu Sampah Hingga Inklusivitas
Subiyanto merasakan betul manfaat melakukan irigasi tetes di lahannya. Saat ini Ia menanam ketimun baby dengan luas total 5.500 meter persegi dengan usia 10 hari karena keterbatasan alat, tanaman ketimun di lahan sawah yang menggunaan irigasi tetes baru 1.200 meter persegi saja.
“Daya hidupnya lebih tinggi, karena airnya cukup. Selain itu lebih hemat tenaga kerja karena pupuk sudah dilarutkan,” kata Subiyanto.
Menurut Subiyanto, tanaman timun di lahan konvensional (tanpa teknologi irigasi tetes) keadaannya memprihatinkan, banyak biji yang tidak tumbuh dan harus disulami.
"Kami melakukan pemeliharaan secara optimal dengan melakukan penyiraman secara manual setiap pagi dan sore hari di ribuan lubang tanam ketimunnya,” katanya.