BANTUL, DISWAYJOGJA – Ratusan warga antusias mengikuti Hajad Dalem Labuhan Keraton Yogyakarta di Pantai Parangkusumo, Kretek, Bantul, Minggu, 11 Februari 2024 meski di tengah teriknya matahari.
Gelaran Hajad Dalem ini menjadi penutup rangkaian peringatan 36 tahun Tingalan Jumenengan Dalem (Ulang Tahun Kenaikan Takhta) Sri Sultan Hamengku Buwono X menurut hitungan kalender Jawa pada 29 Rejeb atau bertepatan 10 Februari 2024.
Labuhan sendiri berasal dari kata labuh yang berarti membuang, meletakkan, atau menghanyutkan. Labuhan memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai upaya panyuwunan (permohonan), atur panuwun (ucapan terima kasih), napak tilas (mengenang kembali), dan memayu hayuning bawana (memperindah dunia).
BACA JUGA:Ruang Kelas Dua Lantai dan Toilet Amblas Terdampak Gempa, SMP Ma'arif NU 06 Ciputih Butuh Bantuan
”Kegiatan labuhan ini kan rutinitas setiap tahun yang jatuh pada bulan ruwah. Artinya, kegiatan ini diawali menjelang bulan puasa dan sebagai tanda rasa syukur keraton. Jadi tidak menyimpang dari aturan agama. Dari pihak keraton itu memakai yang utama memang agama dan kedua budaya,” kata salah satu Abdi Dalem yang turut serta, Budi.
Prosesi Hajad Dalem Labuhan ini tak hanya dilaksanakan di Pantai Parangkusumo, tetapi juga digelar di Gunung Merapi dan Gunung Lawu. Prosesi labuhan pada dua lokasi tersebut dilaksanakan Senin, 12 Februari 2024.
Sebelumnya, rangkaian Hajad Dalem Tingalan Jumenengan Dalem diawali dengan prosesi Ngebluk pada Kamis, 8 Febaruri, Ngapem pada Jumat, 9 Februari, dan Upacara Sugengan, Sabtu 10 Februar 2024.
BACA JUGA:Kapal Nelayan KM Sanu Jaya di Pelabuhan Kluwut Brebes Kebakaran
Dalam labuhan tersebut, ubarampe (perlengkapan) yang akan dilabuh sebelumnya telah diinapkan semalam di Bangsal Srimanganti. Ubarampe diberangkatkan dari Keraton Yogyakarta sekitar pukul 08.00 WIB yang dilepas KPH Wironegoro, KPH Purbodiningrat, KPH Notonegoro, dan KPH Yudanegara kepada para Abdi Dalem yang bertugas untuk menuju Pantai Parangkusumo.
Terdapat kurang lebih 30 macam ubarampe disiapkan, berisikan antara lain perangkat pakaian hingga potongan rambut dari Sri Sultan. Sebelum dibawa menuju kompleks petilasan Cepuri Parangkusumo, ubarampe tersebut terlebih dahulu diserahkan kepada Kepala Kundha Kabudayan Bantul Mas Riya Praja Setyo mewakili Bupati Bantul di Pendapa Kapanewon Kretek Bantul oleh Utusan Dalem yang diwakili KRT Wijaya Pamungkas.
Dari pendapa Kapanewon Kretek tersebut, ubarampe dibawa menuju Pendapa Cepuri Parangkusumo. Ubarampe tiba sekitar pukul 10.00 WIB untuk diserahkan kepada Juru Kunci Cepuri Parangkusumo Mas Wedana Surakso Jaladri kemudian kelengkapan ubarampe yang dibawa dicek kembali dan didoakan.
Ubarampe labuhan ini terdiri dalam tiga jenis wadah sesaji, yakni Pengajeng, Pendherek, dan Lorodan Ageman Dalem. Setelah didoakan, ubarampe di bawa ke bibir pantai, kemudian dilabuh ke Samudra Hindia.
Masyarakat yang telah memadati bibir Pantai Parangkusumo pun dengan antusias turut melabuh, sekaligus memperebutkan benda lain dari sesaji labuh yang konon dipercaya membawa berkah.
Putri menjadi salah satu masyarakat yang berhasil mendapatkan sesaji labuh. Perempuan asal Kediri ini memang secara khusus datang ke Jogja mengikuti prosesi labuhan ini secara langsung.