TEGAL, DISWAY JOGJA- Ratusan warga di Gang Raharjo 1 (Mejabung), RT 4/RW 12 Kelurahan Panggung, Kecamatan Tegal Timur, antusias menyaksikan Pementasan Sampak Tegalan yang disuguhkan oleh Kampung Seni Tegal. Mulai dari anak-anak, remaja, orang dewasa, hingga orangtua menyaksikan pementasan Sampak Tegalan karya Seful Mu'min.
BACA JUGA:Investor Jepang Lirik Peluang Investasi di Kota Tegal
Pementasan Sampak Tegalan dengan lakon Bludrek menceritakan kehidupan beberapa warga yang tertipu. Ulah Mbah Poing dan Mas Aki mampu memperdaya warga untuk meraih kekayaan singkat dengan cara menarik harta emas milik Mardiyah.
Tiga orang warga yang tertipu oleh ulah Mbah Poing dan Mas Aki adalah Jikun, Kampleng dan Si Toto. Namun niat jahat Mbah Poing mampu dibendung oleh Hansip desa yang menangkap basah Mbah Poing bersama Mas Aki di desa sebelah.
BACA JUGA:6 Perbedaan antara Air Cooler dan Air Conditioner (AC) Yang Perlu Kalian Ketahui!
Penulis Naskah dan Sutradara Seful Mu'min menyampaikan bahwa pesan moral yang dihadirkan agar masyarakat tidak percaya dengan hal propaganda penipuan yang berkedok penggandaan harta dan sejenisnya.
”Hal itu menarik sekali, bahwa seseorang bila pikirannya sudah buntu, terlilit ekonomi maka jalan pintaslah solusinya. Hal ini lah yang kami kemas dalam bentuk pertunjukan, isu-isu di masyarakat seperti Mantu Poci, Mardiyah kami sertakan agar mengingat kembali kisah dan fenomena di masyarakat Tegal," ujar Seful, Kamis 11 Oktober 2023.
BACA JUGA:Begini Cara mengetahui AC Hemat Daya Listrik, Ternyata Cukup Lihat Sticker Ini...
Seful menambahkan, terkait pelestarian Bahasa Tegal, dirinya menyampaikan bahwa dengan adanya dialog-dialog yang muncul antar aktor juga menghadirkan kosakata-kosakata yang jarang digunakan kembali dimunculkan. Banyak kosakata bahasa Tegal yang hilang bahkan jarang dijumpai dipercakapan sehari-hari masyarakat Tegal seperti mbakuten, kondong, gobog, laka jebabule, reang dan masih banyak lagi.
”Kami hadirkan kembali kosakata-kosakata itu diberbagai dialog dalam setiap adegan, ini paling tidak mengingatkan kembali kepada masyarakat tentang kosakata itu, dan mengenalkan kosakata baru bagi anak-anak muda," tambah Seful.
Selain itu, Seful juga berharap dengan adanya Pementasan Sampak Tegalan di tengah-tengah masyakat mampu mengingantkan dan melestarikan Bahasa Tegal di tengah-tengah perkembangan teknologi yang canggih.
”Mudah-mudahan apa yang kami suguhkan memiliki manfaat bagi masyarakat baik dari sisi pelestarian bahasa ataupun dari sisi pesan moral yang disampiakan melalui alur cerita yang dihadirkan,” ucap Seful.
Seful yang juga Ketua Kampung Seni Tegal menyampaikan terima kasih kepada Pusat Pengembangan dan Perlindungan Bahasa dan Sastra Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudrisrek Republik Indonesia.
”Kami ucapkan terima kasih atas dukungan bantuan pemerintah bidang kebahasaan dan kesastraan, penguatan komunitas sastra tahun anggaran 2023, sehingga Kampung Seni Tegal bisa melaksanakan program pelestarian bahasa Tegal melalui pementasan Sampak Tegalan," tambah Seful.
Sementara itu, Bontot Sukandar selaku seniman dan warga RT 4/RW 12, Kelurahan Panggung mengutarakan bahwa dengan adanya pementasan Sampak Tegalan di tengah masyarakat sangatlah tepat. Pementasan Sampak Tegalan yang diusung Kampung Seni Tegal dengan mengambil lokasi di dusun Mejabung, Kota Tegal sangat tepat.
”Hal ini sebagai sarana pelestarian bahasa Tegal dengan konsep sampakan menjadi sangat komunikatif dengan masyarakat, terbukti dengan respon penonton yang sangat positif," ujarnya. (*)