Gawat! Cilacap Rawan Gempa Bumi dan Tsunami

Jumat 05-08-2022,16:00 WIB
Editor : Wawan Setiawan

CILACAP (Disway Jogja) – Pantai Cilacap, Jawa Tengah, yang berada di selatan Jawa, memiliki potensi cukup besar terjadinya gempa bumi dan tsunami dengan ketinggian 10 meter.

 

Hal itu disampaikan Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati saat membuka sekolah lapang gempabumi (SLG) di BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara di Cilacap, beberapa waktu lalu.

 

Kabar itu pun menjadi polemik dan kekhawatiran di tengah masyarakat, khusus di pesisir pantai selatan di Cilacap, Jawa Tengah. Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara Setyoajie Prayoedhie, BMKG selalu melakukan monitoring aktivitas gempang bumi dan tsunami di Indonesia.

 

Dia mengimbau agar masyarakat tetap tenang dan tak perlu ragu dengan kerja yang dilakukan timnya di Stasiun Geofisika Banjarnegara, Cilacap.

 

”Kepada masyarakat pesisir selatan Jawa, khususnya Kabupaten Cilacap diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata Ajie.

 

Ajie sendiri menjelaskan, Cilacap salah satu daerah dan wilayah di Jawa Tengah yang memiliki potensi bencana gempa bumi dan tsunami. Sebab, terdapat zona subduksi, yakni daerah pertemuan lempeng Indonesia-Australia yang masuk menyusup ke bawah lempeng Eurasia di Utara.

 

Dengan demikian, akibat dari aktivitas zona subduksi tersebut, Cilacap memiliki potensi gempa bumi mencapai Magnitudo 8,7.

 

”Akibat dari aktivitas di zona subduksi ini, berdasarkan kajian saintifik, ada tiga segmen zona megathrust di selatan Pulau Jawa yang menyimpan akumulasi energi gempabumi terpicu bisa mencapai magnitudo 8,7,” jelas Ajie.

 

Ajie menjelaskan, gempa bumi dan tsunami sendiri adalah fenomena alam yang sulit untuk diprediksi waktu terjadinya bencana tersebut. Dengan demikian, dia menyebut bahwa gempa bumi magnitudo 8,7 di Cilacap bukan sebuah prediksi.

 

”Potensi gempa bumi dengan magnitudo 8,7 bukanlah prediksi, sehingga kapan terjadinya tidak ada yang tahu,” kata Ajie.

 

Karena itu, pihak BMKG dan seluruh pihak perlu menyiapkan diri dan menata mitigasi bencana sedini dan sebaik mungkin. ”Upaya pengurangan risiko bencana melalui tahapan mitigasi yang tepat harus dilakukan sedini mungkin dan bersifat pentahelix agar kita dapat mengantisipasi segala dampak yang mungkin terjadi menuju target keselamatan infrastruktur dan minim korban jiwa (zero victim) di daerah terdampak,” kata Ajie.

 

Demi mengidentifikasi dampak kemungkinan terjadinya gempa bumi dengan magnitudo 8,7 di pantai selatan Jawa, BMKG akan melakukan simulasi potensi landaan gelombang tsunami di Kabupaten Cilacap.

 

Motedo yang dilakukan adalah melalui pemodelan numerik berdasarkan skenario terburuk untuk acuan mitigasi konkret, untuk pengurangan risiko bencana.

 

”Tujuan dari pemodelan tsunami ini adalah sebagai acuan mitigasi konkret untuk pengurangan resiko bencana serta membantu pemerintah daerah memetakan tahapan mitigasi yang diperlukan sebagai upaya pengurangan resiko bencana gempabumi dan tsunami,” ujar Ajie. (jpnn)

 

Kategori :

Terkait