Gerakan Buruh DIY Luncurkan LENTERA Buruh di Pantai Goa Cemara Satukan Seni Budaya dan Solidaritas Pekerja

Gerakan Buruh DIY Luncurkan LENTERA Buruh di Pantai Goa Cemara Satukan Seni Budaya dan Solidaritas Pekerja

Para buruh dari berbagai serikat di Daerah Istimewa Yogyakarta berfoto bersama seusai deklarasi LENTERA Buruh di Pantai Goa Cemara, Bantul, Sabtu pagi (8/11/2025).--Foto: HO (MPBI DIY)

BANTUL, diswayjogja.id - Pagi itu, di antara desir angin pantai dan rindang cemara laut, ratusan buruh dari berbagai serikat di Daerah Istimewa Yogyakarta berkumpul di Pantai Goa Cemara, Bantul. 

Mereka datang bukan untuk berlibur, melainkan untuk menyalakan semangat baru dalam gerakan pekerja.

Melalui 'Konsolidasi Buruh DIY 2025', Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) DIY resmi mendeklarasikan LENTERA Buruh, ruang ekspresi yang mewadahi kesenian, kebudayaan, dan kreativitas kelas pekerja. 

Deklarasi ini menandai babak baru dalam perjuangan buruh di Yogyakarta, memperkuat solidaritas melalui jalur kebudayaan.

Ketua MPBI DIY, Irsyad Ade Irawan, mengatakan gerakan buruh tidak selalu harus tampil dalam bentuk aksi dan tuntutan formal. Seni dan budaya, menurutnya, memiliki daya jangkau yang lebih dalam untuk membangun kesadaran dan solidaritas.

“Seni dan budaya adalah bagian dari napas perjuangan buruh. Melalui LENTERA Buruh, kami ingin membangun solidaritas yang lebih manusiawi dan menyentuh banyak hati,” katanya, Minggu (9/11/2025).

BACA JUGA : MPBI DIY Desak UMP 2026 Naik Rp4 Juta dan Perlindungan Pekerja

BACA JUGA : Buruh Desak Kenaikan Upah Minimum DIY 50 Persen, MPBI Sebut Upah Bukan Sekadar Angka

Suasana pagi di pantai itu menggambarkan wajah baru gerakan pekerja. 

Alih-alih spanduk dan megafon, peserta membawa alat musik, karya visual, dan naskah teater. 

Dalam setiap karya, terselip kisah panjang perjuangan pekerja di Yogyakarta, dari pabrik, rumah produksi, hingga sektor informal.

Ia menegaskan bahwa LENTERA Buruh lahir dari kebutuhan untuk menciptakan ruang yang menghubungkan perjuangan ekonomi dengan kebudayaan.

Melalui seni, pesan keadilan sosial dapat menjangkau lebih banyak hati dan pikiran.

“Perjuangan buruh tidak hanya berlangsung di meja perundingan, tapi juga dalam upaya merawat memori kolektif dan kebudayaan mereka sendiri,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: