Bantul Siapkan Dua Pos Damkar Baru di Dlingo dan Srandakan, Waktu Tanggap Kebakaran Bakal Ngebut
Petugas BPBD Bantul melakukan simulasi pemadaman kebakaran. Rencana pembangunan dua pos damkar baru di Dlingo dan Srandakan diharapkan mampu mempercepat waktu tanggap penanganan kebakaran di wilayah rawan tersebut.--Foto: HO (Humas Pemkab Bantul)
BANTUL, diswayjogja.id - Waktu adalah segalanya dalam penanganan kebakaran. Satu menit bisa menjadi pembeda antara rumah yang terselamatkan dan rumah yang tinggal arang.
Itulah yang kini coba diantisipasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul lewat rencana pembangunan dua pos pemadam kebakaran baru di wilayah Dlingo dan Srandakan.
Langkah ini bukan sekadar menambah fasilitas, tetapi bagian dari strategi memperkuat sistem proteksi kebakaran di dua kecamatan yang selama ini belum memiliki pos damkar sendiri.
Selama ini, jika terjadi kebakaran di wilayah tersebut, petugas harus datang dari pos utama di wilayah lain, yang jaraknya bisa mencapai belasan kilometer.
Kepala Bidang Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) BPBD Bantul, Irawan Kurnianto, mengatakan bahwa rencana penambahan pos damkar telah masuk dalam pembahasan dokumen Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) dan akan segera diatur dalam Peraturan Bupati (Perbup).
“Penambahan pos damkar saat ini masih dalam proses penyusunan Perbup tentang RISPK. Namun untuk pelaksanaannya tetap berpedoman pada ketersediaan anggaran daerah, ketersediaan SDM yang saat ini masih belum ideal, serta penyediaan sarana dan prasarana,” katanya, Selasa (7/10/2025).
BACA JUGA : BNNK Tegal dan Bakesbangpol Brebes Gelar Tes Urine 60 Personel Satpol PP dan Damkar, Ini Hasilnya
BACA JUGA : Tiga Kereta Stainless Steel Terbakar di Stasiun Tugu Yogyakarta, Lima Mobil Damkar Dikerahkan
Ia menjelaskan, pembangunan dua pos baru itu diharapkan dapat memangkas waktu tanggap dan menekan risiko kebakaran yang lebih besar.
Terlebih, Dlingo dan Srandakan termasuk wilayah dengan tingkat risiko tinggi. Dlingo memiliki banyak perkampungan di lereng dan hutan, sedangkan Srandakan merupakan kawasan padat penduduk di pesisir selatan.
“Dlingo dan Srandakan termasuk wilayah rawan karena akses jalan yang menanjak dan cukup jauh dari pusat kota. Dengan adanya pos di dua titik itu, waktu tanggap bisa lebih cepat dan risiko kerugian bisa ditekan,” jelasnya.
Meski demikian, tantangan terbesar masih terletak pada Sumber Daya Manusia (SDM) dan ketersediaan armada.
“Kita perlu tambahan personel agar operasional di pos baru bisa berjalan maksimal. Idealnya setiap pos memiliki minimal dua regu siaga,” ujarnya.
Selain itu, BPBD juga tengah menjajaki pola kerja sama dengan pemerintah kalurahan dan kelompok relawan kebencanaan.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: